Drama di SPBU Ciawi: Saat Teknologi Takluk di Tangan Mafia BBM Bersubsidi
BOGOR | Di tengah klaim adanya sistem pengawasan superketat, isu kebocoran BBM bersubsidi mencuat di salah satu SPBU di Kabupaten Bogor. Seperti kisah detektif, temuan di lapangan justru membuka tabir praktik curang yang membuat sistem pengawasan berlapis itu tampak semu.
Hendri, Kepala SPBU di kawasan Ciawi, menepis keras tudingan bahwa pihaknya terlibat dalam penyalahgunaan tersebut. Ia menegaskan bahwa sistem digital Pertamina—dengan barcode dan CCTV yang dipantau berbagai instansi, termasuk kepolisian dan DPR—telah dirancang untuk menutup celah kecurangan.
“Tanpa barcode, sistem tidak bisa berjalan. Semua proses dilakukan secara online. CCTV juga dipantau oleh berbagai lembaga pemerintah, termasuk Kepolisian dan DPR,” ujar Hendri, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, pengawasan dari pihak Pertamina dilakukan secara rutin di setiap SPBU, sehingga kecil kemungkinan terjadi pelanggaran.
Namun, kenyataan di lapangan justru berkata lain. Sebuah truk boks yang mencurigakan, diduga kuat bagian dari jaringan mafia BBM bersubsidi, tertangkap sedang mengisi bahan bakar di SPBU tersebut.
Kecurigaan semakin kuat ketika diketahui truk itu tetap menyala saat pengisian dan menggunakan pelat nomor kuning (B), sesuai dengan hasil investigasi yang dilakukan Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI) Bogor.
Ketua GMPRI Bogor, Yogi Ariananda, mengungkap modus canggih yang digunakan kelompok ini untuk menipu sistem.
“Truk-truk ini memiliki pelat nomor ganda dan barcode yang sesuai dengan pelatnya. Mereka bisa mengganti pelat nomor setiap jam untuk mengakali sistem Pertamina,” jelas Yogi.
Ia juga membeberkan alasan mengapa truk tetap menyala. “Mesin dibiarkan hidup karena kalau mati, aki yang menggerakkan alat penyedot BBM di dalam boks bisa ikut mati. Ini bagian dari skema mereka,” ungkapnya, menegaskan bahwa praktik ini adalah bagian dari sistem yang terorganisir, bukan sekadar kelalaian.
Fakta-fakta ini menunjukkan adanya celah besar dalam sistem pengawasan BBM bersubsidi. Bagaimana mungkin teknologi CCTV dan barcode bisa dikelabui hanya dengan pelat nomor ganda? Di mana pengawas harian Pertamina saat kejadian berlangsung?
Kesenjangan antara klaim pengawasan dan kenyataan di lapangan menimbulkan pertanyaan besar: apakah sindikat mafia BBM telah menemukan cara untuk menundukkan teknologi yang seharusnya melindungi uang negara? Hingga kini, Pertamina belum memberikan pernyataan resmi terkait temuan tersebut. Publik pun menunggu tindakan nyata—bukan hanya terhadap pelaku di lapangan, tetapi juga dalam memperkuat sistem yang terbukti masih rentan disalahgunakan.
